Takbiran: Apakah Harus Saat Lebaran Saja?

Takbiran: Apakah Harus Saat Lebaran Saja?

Sudah tidak terasa ternyata sekarang sudah di hujung bulan Ramadhan di 2025 ini atau 1446 Hijriyah, semoga pembaca Jejak Sunnah selalu dalam lindungan Allah SWT.

Melihat sebentar lagi kita akan melaksanakan hari raya Idul Fitri maka ada sejumlah kesunnahan yang dianjurkan untuk kita amalkan pada hari raya ini, salah satunya yaitu memperbanyak membaca bacaan takbir.

Anjuran Membaca Takbir

Anjuran membaca takbir telah tersirat di dalam Al-Qur’an dimana Allah SWT terlah berfirman pada Surat Al-Baqarah ayat 185 :

وَلِتُكۡمِلُواْ ٱلۡعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡ وَلَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ

Artinya, “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Babqarah [2]: 185)

Mengumandangkan takbir pada saat Idul Fitri dianjurkan pada waktu sejak terbenamnya matahari di malam 1 Syawal sampai pada saat imam shalat Idul Fitri sudah melakukan takbiratul ihram bagi yang shalat berjamaah.

Pendapat lain mengatakan bahwa batas akhir pembacaan takbir yaitu sampai waktu dianjurkannya sahal Idul Fitri.

Waktu pembacaan takbir dibagi kedalam dua bagian yaitu:

  1. Takbir muqayyad. Pernah mendengar ketika shalat berjamaah imam membaca takbir? Nah inilah yang disebut takbir muqayyad, yaitu waktu membacanya pada saat setelah shalat, baik itu shalat fardhu ataupun shalat sunnah.
  1. Takbir mursal. Berbeda dengan takbir muqayyd, dimana takbir mursal bisa kita baca kapanpun dan dimana saja.

Berikut ini merupakan bacaan lengkap atau lafadz takbir Idul Fitri:

الله اكبر  الله اكبر  الله اكبر  لااله الا الله والله اكبر الله اكبر ولله الحمد  الله اكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا  لااله الا الله وحده صدق وعده ونصر عبده وأعز جنده وهزم الاحزاب وحده الله اكبر ولله الحمد

Adapaun yang sering kita dengan di masyarakat biasanya tidak selengkap seperti yang di atas, dan itu tidak masalah.

Berikut lafadz takbir yang Jejak Sunnah kutip dari kitab Bajuri Ala Ibni Qosim : hal. 84

للهأَكْبَرُ اللهأَكْبَرُ اللهأَكْبَرُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهوَاللهأَكْبَرُ، اللهأَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْد

 

Lantas, Bagaimana Hukumnya Mengumandangkan Takbir Selain Di Hari Raya?

Sebenarnya pada dasarnya takbir merupakan sebuah zikir, sehingga ketika kita mengumandangkan atau membacanya tentu hukumnya ya boleh-boleh saja.

Sebagaimana kita melakukan shalat witir berjamaah, padahal sebenarnya tidak disunnahkan berjamaah.

Atau satu contoh lagi, yaitu sama halnya membaca keras bacaan shalat di waktu yang di sunnahkan lirih.

Sebagaimana disebutkan dalam kitab Bughyatul Mustarsyidin pada halaman 136 :

(مسألة: ب ك) تُبُاحُ الْجَمَاعَةُ فِيْ نَحْوِ الْوِتْرِ وَالتَّسْبِيْحِ فَلَا كَرَاهَةَ فِيْ ذَلِكَ وَلَا ثَوَابَ، نَعَمْ إِنْ قَصَدَ تَعْلِيْمَ الْمُصَلِّيْنَ وَتَحْرِيْضَهُمْ كَانَ لَهُ ثَوَابٌ، وَأَيُّ ثَوَابٍ بِالنِّيَةِ الْحَسَنَةِ، فَكَمَا يُبَاحُ الْجَهْرُ فِيْ مَوْضِعِ الْإِسْرَارِ الَّذِيْ هُوَ مَكْرُوْهٌ لِلتَّعْلِيْمِ فَأُوْلَى مَا أَصْلُهُ الْإِبَاحَةُ، وَكَمَا يُثَابُ فِي اْلمُبَاحَاتِ إِذَا قَصَدَ بِهَا الْقُرْبَةَ كَالتَّقَوِّي بِاْلأَكْلِ عَلَى الطَّاعَةِ، هَذَا إِذَا لَمْ يَقْتَرِنْ بِذَلِكَ مَحْذُوْرٌ، كَنَحْوِ إِيْذَاءٍ أَوْ اِعْتِقَادِ الْعَامَّةِ مَشْرُوْعِيَّةَ الْجَمَاعَةِ وَإِلَّا فَلَا ثَوَابَ بَلْ يَحْرُمُ وَيُمْنَعُ مِنْهَا

Artinya, “Diperbolehkan melaksanakan shalat witir, tasbih atau sesamanya, sehingga tidak makruh dan tidak mendapatkan kesunnahan. Akan tetapi bila tujuannya adalah memberikan pengajaran dan memberikan dorongan kepada orang-orang shalat, maka akan mendapatkan pahala atas niat baiknya. Sebagaimana diperbolehkan membaca keras bacaan shalat dalam waktu lirih, yang mana hukumnya adalah makruh apalagi untuk perkara yang asalnya mubah. Sebagaimana seseorang akan mendapatkan pahala melakukan perkara mubah dengan tujuan ibadah, seperti makan dengan tujuan agar kuat beribadah. Dengan syarat apabila hal ini tidak berbarengan dengan hal-hal yang diharamkan, seperti menyakiti orang lain, menimbulkan anggapan bagi orang awam bahwa hal tersebut disyariatkan. Apabila demikian maka hukumnya haram.”

Kesimpulan

Dari bahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca takbir di luar waktunya adalah boleh. Ya, boleh asal tidak mengganggu orang lain ataupun membuat anggapan bagi orang awam, hal tersebut disyariatkan.

Jadi apabila dapat menyebabkan mudhorot atau ketidak baikan maka sebaiknya dihindari.

Postingan terbaru

Lihat Semua

Formulir Pertanyaan

Privasi penanya akan aman, dan tidak akan dipublikasikan

Temukan artikel yang sesuai denganmu!

Lebih dari 500 artikel yang dapat kamu temukan di Jejak Sunnah
© 2025 Jejak Sunnah. All rights reserved.