Penetapan Hari Raya: Antara Ru’yatul Hilal dan Hisab

Penetapan Hari Raya: Antara Ru’yatul Hilal dan Hisab

Hari raya merupakan hari yang sangat dinantikan dan ditunggu-tunggu oleh umat muslim di seluruh dunia terutama Indonesia tercinta ini.

Alhamdulillah kita sudah di penghujung bulan Ramadhan yang dimana sebentra lagi kita akan menemui hari raya Idul Fitri.

Untuk sahabat Jejak Sunnah, hal apa saja yang sudah kamu siapkan? Dan apakah di tempat kamu berbeda waktu hari rayanya dengan daerah lain?

Sebelum kita membahas hari raya, sudah kita ketahui bahwa sebelumnya pemerintah Indonesia menerapkan awal Ramadhan melalui sidang isbat dengan metode ru’yatul hilal (pengamatan hilal).

Namun, dalam beberapa kasus kita temukan bahwa beberapa organisasi Islam seperti Muhammadiyah menggunakan metode hisab (perhitungan astronomi) sehingga ada mungkin beberapa kali terjadi penetapan Idul Fitri lebih awal dari pemerintah.

Nah, dari fenomena ini menimbulkan pertanyaan. Bagaimana hukum menetapkan hari raya Idul Fitri sebelum pengematan resmi dari pemerintah?

Lalu, apakah wajib bagi anggota organisasi tersebut mengikuti penetapan dari organisasinya?

Kewajiban Mengikuti Penetapan Hari Raya oleh Organisasi

Pertanyaan berikutnya yang pasti muncul dalam pikiran kita adalah apakah wajib bagi anggota organisasi tersebut mengikuti penetapan Idul Fitri yang dilakukan oleh organisasinya?

Jawabannya adalah wajib bagi yang mempercayainya.

Dalam Islam, seseorang boleh mengikuti penetapan hari raya berdasarkan keyakinan yang kuat, baik melalui ru’yatul hilal maupun hisab.

Dalam Fatawa Al-Nafi’ah (hal. 34-36) disebutkan:

“(وسئل نفع الله به) عن رجلين سمعا سماعا مطلقا ليلة الثلاثين من رمضان أنه وصل خط لقاضى بلدهما من بلدة أخري بينهما نحو من مرحلة إعلاما للقاضي المذكور بثبوت شهر شوال تلك الليلة…”

(Ditanyakan tentang dua orang yang mendengar kabar bahwa bulan Syawal telah ditetapkan, namun hakim setempat tidak mengakuinya…)

Dari referensi ini, kita memahami bahwa individu yang yakin dengan metode tertentu dalam penetapan bulan boleh mengikuti keyakinannya, selama tidak menimbulkan perpecahan dalam masyarakat.

Kesimpulan

Penetapan Idul Fitri di Indonesia biasanya dilakukan oleh pemerintah melalui sidang itsbat. Berdasarkan fiqih, keputusan penguasa menjadi rujukan utama bagi masyarakat. Akan tetapi bagi individu yang memang mempercayai atau meyakini metode tertentu dalam menetapkan bulan maka bolehi mengikuti keyakinannya, asalkan tetap menjaga persatuan umat Islam.

Referensi:

الفتاوى الفقهية الكبرى – (ج 3 / ص 403)

وبها يُعْلَمُ أنَّ المدارَ في الصَّومِ والفِطْرِ بالنِّسبةِ لسائرِ الناسِ على العمومِ بثبوتِهِ عند الحاكم، وهو بعدلٍ في الصَّوم، وبِعَدْلَيْنِ في الفِطْر، أو بعددِ التَّواترِ.

وبالنِّسبةِ لبعضِ الناسِ على الرؤيةِ أو الاعتقادِ الجازمِ بإخبارِ عدلٍ أو فاسقٍ وقعَ في القلبِ صدقه، أو بقرينةٍ لا تتخلَّفُ عادةً، كالقناديلِ السَّابقِ ذكرُها، وكرُقْعَةِ القاضي المذكورةِ آخرَ السؤال، إذا استحالَ عادةً تزويرُها أو نحوِه.

فتاوى النافعة – ص: 34-36
(للإمام أبي بكر بن أحمد بن عبد الله الخطيب الأنصاري التريمي الحضرمي الشافعي)

وسُئِلَ نَفَعَ اللهُ به عن رجلين سمعا سماعًا مطلقًا ليلةَ الثلاثين من رمضان أنه وصَلَ خَطٌّ لقاضي بلدتِهما من بلدةٍ أخرى، بينهما نحوُ مرحلة، يُعْلِمُ القاضي المذكور بثبوتِ شهرِ شوالِ تلك الليلة.

ثم إنهما أرسلا إلى القاضي المذكور رسولًا يستخبره عن ثبوتِ الشهرِ المذكور ووصولِ الخطِّ المذكور، فأجابَ القاضي: “إن الشهرَ لم يثبتْ عنده، ولم يُصَدِّقْ بما تضمنه الخطُّ المذكور”.

فأَعْلَمَا بالتكبيرِ في الطرقِ والشوارعِ والمساجدِ، وأشاعا عند العوامِّ أن الشهرَ ثبتَ وأن العيدَ غدًا، وألزما بعضَ الناسِ بالفطر، وأشاعا أن الصيامَ غدًا حرامٌ، والحالُ أنهما مستندانِ في جميعِ ما ذكرَ على السماعِ المذكور أعلاه لا غير، مع أنَّ جمعًا كثيرين…

Postingan terbaru

Lihat Semua

Formulir Pertanyaan

Privasi penanya akan aman, dan tidak akan dipublikasikan

Temukan artikel yang sesuai denganmu!

Lebih dari 500 artikel yang dapat kamu temukan di Jejak Sunnah
© 2025 Jejak Sunnah. All rights reserved.