Keutamaan dan Hukum Manaqiban

Keutamaan dan Hukum Manaqiban

Di tengah masyarakat Indonesia, khususnya di wilayah Jawa dan Madura, terdapat tradisi keagamaan yang sangat kental dengan nilai-nilai spiritual, yaitu manaqiban.

Mungkin beberapa sahabat Jejak Sunnah pernah mengikuti atau sering mengikuti manaqiban tersebut.

Sebagai salah satu pengamal dan pecinta manaqib, saya memandang kegiatan ini sebagai sarana untuk meningkatkan kecintaan kepada para wali Allah, khususnya Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani, seorang ulama besar yang sangat masyhur dalam sejarah Islam.

Tradisi manaqiban ini berupa pembacaan kisah hidup (biografi), akhlak mulia, serta karamah para wali.

Di antara yang paling terkenal adalah Manaqib Syaikh Abdul Qodir al-Jailani, yang diyakini membawa keberkahan bagi yang membacanya dan bagi tempat yang menyelenggarakannya.

Waktu Pelaksanaan dan Rangkaian Acara

Pelaksanaan manaqiban biasanya dilakukan:

  • Setiap malam Jumat,
  • Tanggal 11 setiap bulan Hijriyah,
  • Atau waktu-waktu tertentu seperti malam Kliwon, Legi, dan lain-lain.

Kegiatan ini bisa dilakukan meskipun jamaahnya hanya beberapa orang. Tidak jarang diawali dengan membaca surat-surat pendek seperti:

  • Surat Yasin
  • Surat Al-Ikhlas
  • Surat Al-Falaq
  • Surat An-Nas
  • Ayat Kursi

Selain itu, sajian makanan sederhana seperti ayam atau lauk lainnya juga disediakan sebagai bentuk sedekah dan kebersamaan.

Kitab Manaqib yang Dibaca

Secara umum, terdapat dua kitab yang lazim dibaca dalam tradisi manaqiban:

  • Manaqib An-Nur al-Burhani
  • Kitab Manaqib Jawahir al-Ma’ani karya KH. Ahmad Jauhari Umar (Pasuruan)

Sementara itu, masyarakat Madura mengenalnya dengan istilah Jailanian dan Sabellesen, yang selain membaca manaqib juga membaca wirid Qadiriyah.

Tradisi yang Dibid’ahkan?

Ada sebagian pihak yang menganggap kegiatan ini sebagai bid’ah. Padahal, jika kita lihat dari substansinya, manaqiban mengandung banyak nilai luhur:

  • Menghidupkan kisah orang-orang shalih
  • Menumbuhkan rasa cinta kepada para wali
  • Meneladani akhlak dan perjuangan mereka

Rasulullah ﷺ pernah bersabda dalam hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ

“Barang siapa memusuhi wali-Ku, maka sungguh Aku nyatakan perang kepadanya.”

(HR. Bukhari)

Ini menunjukkan betapa Allah sangat memuliakan para wali, dan mencintai mereka termasuk bentuk pendekatan diri kepada Allah SWT.

Tujuan Pelaksanaan Manaqib

Tujuan utama dari kegiatan manaqib adalah:

  • Meningkatkan keimanan dan ketakwaan
  • Meneladani amal shalih para wali
  • Menumbuhkan cinta kepada orang-orang shalih

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad ﷺ:

الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ

“Seseorang akan dikumpulkan bersama orang yang ia cintai.”

(HR. Bukhari)

Sembilan Aspek dalam Tradisi Manaqiban

1. Silaturrahim

Selain sebagai media dzikir, manaqiban menjadi sarana mempererat ukhuwah islamiyah. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisaa’ ayat 1:

وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Rasulullah ﷺ pun bersabda:

“Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah tali silaturrahim.”

(HR. Bukhari)

2. Pembacaan Manaqib

Membaca sejarah hidup orang shalih memiliki faedah yang besar. Allah SWT berfirman:

وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ

“Ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku.” (QS. Luqman: 15)

Dalam kitab Bughyat al-Mustarsyidin, disebutkan:

“Barang siapa membaca sejarah seorang mukmin, maka seolah-olah ia telah menghidupkannya kembali. Dan barang siapa mengunjunginya, maka ia berhak mendapat ridha Allah dan surga.”

Rasulullah ﷺ juga bersabda:

ذِكْرُ الصَّالِحِيْنَ كَفَّارَةٌ

“Mengingat orang-orang shalih adalah kafarah (penghapus dosa).”

3. Tawassul

Tawassul secara bahasa berarti “mendekatkan diri”. Dalam konteks manaqib, membaca kisah dan menyebut nama-nama wali termasuk dalam bentuk tawassul untuk mendapatkan keberkahan dan dikabulkannya doa.

Dalam kitab Jala’ Adz-Dzulam ‘ala ‘Aqidat Al-‘Awam dijelaskan:

“Hendaknya setiap muslim mencari keberkahan di majelis para wali, baik saat hidup maupun setelah wafatnya, saat menyebut nama mereka, membaca manaqibnya, dan berkumpul untuk mengingat keutamaan mereka.”

4. Doa

Q.S. Ghafir (Al-Mu’min): 60

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْ أَسْتَجِبْ لَكُمْ

Artinya: Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.”

5. Membaca Al-Qur’an

Q.S. Al-Anfaal: 2

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ إِذَا ذُكِرَ اللهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ …

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka…

Hadis – HR. Tirmidzi

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا … أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

Artinya: Siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan dilipatkan menjadi sepuluh kali lipat…

6. Membaca Shalawat

Q.S. Al-Ahzab: 56

إِنَّ الله وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ…

Artinya: Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi…

Hadis – HR. Muslim

مَنْ صَلَّى عَلَىَّ وَاحِدَةً صَلَّى الله عَلَيْهِ عَشْرًا

Artinya: Barang siapa bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat (rahmat) kepadanya sepuluh kali.

7. Majelis Ilmu

Q.S. At-Taubah: 122

… لِيَتَفَقَّهُوْا فِي الدِّيْنِ …

Artinya: Agar mereka dapat memperdalam pengetahuan mereka tentang agama…

Q.S. Al-Mujadilah: 11

يَرْفَعِ الله الَّذِيْنَ آمَنُوْا … وَالَّذِيْنَ أُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

Artinya: Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu…

Hadis – HR. Ibnu Majah

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ …

Artinya: Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim.

8. Bersedekah

Q.S. Saba’: 39

… وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُه۫ …

Artinya: Apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya.

Hadis – HR. Muslim

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ …

Artinya: Sedekah tidak akan mengurangi harta…

9. Menghormati Tamu

Hadis – HR. Bukhari

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ …

Artinya: Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya…

Kesimpulan

Manaqiban bukanlah kegiatan baru, melainkan bagian dari khazanah keilmuan dan spiritual umat Islam yang kaya.

Dengan niat yang baik, kegiatan ini bisa menjadi sarana:

  • Meningkatkan kecintaan kepada Allah dan para wali-Nya,
  • Menumbuhkan semangat beramal shalih,
  • Serta mempererat silaturahmi antar umat.

Keutamaan membaca manaqib:

  • Menumbuhkan kecintaan kepada wali Allah
  • Menenangkan hati dan mendatangkan rahmat
  • Mendorong untuk berbuat baik
  • Mengenal kesalehan dan perjuangan para wali

Hukum membaca manaqib:

  • Bergantung pada niat dan keyakinan pelakunya. Tidak serta merta dihukumi musyrik.

Tata cara membaca manaqib:

  • Dalam keadaan suci dari hadas
  • Dilakukan dengan khusyuk
  • Disertai dengan puji-pujian (dzikir) kepada Allah

Isi kitab manaqib:

  • Tawasul
  • Silsilah nasab Syaikh Abdul Qadir al-Jailani
  • Sejarah hidup dan perjuangan beliau
  • Karomah dan akhlak mulianya
  • Doa nasar, dan pujian-pujian dalam bentuk nadham

Jika kita mencintai orang-orang shalih, insyaAllah kita akan dikumpulkan bersama mereka di akhirat kelak.

Semoga Allah senantiasa memberi kita taufik untuk meneladani jejak para wali dan meraih keberkahan dari majelis-majelis dzikir seperti manaqiban. Aamiin.

Postingan terbaru

Lihat Semua

Formulir Pertanyaan

Privasi penanya akan aman, dan tidak akan dipublikasikan

Temukan artikel yang sesuai denganmu!

Lebih dari 500 artikel yang dapat kamu temukan di Jejak Sunnah
© 2025 Jejak Sunnah. All rights reserved.