Keras Hati dalam Pandangan Islam: Makna, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Keras Hati dalam Pandangan Islam: Makna, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Dalam kehidupan sehari-hari, sahabat Jejak Sunnah pasti sering menjumpai istilah “keras hati” untuk menggambarkan seseorang yang sulit menerima nasihat atau enggan berubah meskipun telah diberi peringatan.

Dalam perspektif agama, khususnya Islam, kondisi ini dikenal sebagai قَسْوَةُ الْقَلْبِ (qaswatul qalb), yang berarti hati yang mengeras atau tidak lagi peka terhadap kebenaran dan petunjuk Allah.

Hati yang keras bisa menjadi penghalang utama untuk menerima kebenaran dan menjalani hidup yang diridhai Allah SWT.

Apa Itu Keras Hati (قَسْوَةُ الْقَلْبِ) dalam Islam?

Secara bahasa, “qasuwa” berarti keras atau kaku, sedangkan “qalb” berarti hati.

Dalam istilah syariat, قَسْوَةُ الْقَلْبِ menggambarkan kondisi spiritual seseorang yang hatinya tidak lagi tersentuh oleh peringatan Allah, tidak tergetar oleh ayat-ayat Al-Qur’an, dan tidak tersentuh oleh nasihat kebaikan.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

“ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُم مِّنۢ بَعْدِ ذَٰلِكَ فَهِىَ كَٱلْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً”

Artinya: “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.” (QS. Al-Baqarah: 74)

Ayat ini menjelaskan betapa bahayanya hati yang mengeras, bahkan lebih keras dari batu.

Sebab, batu masih bisa memancarkan air, sedangkan hati yang keras bisa kehilangan seluruh rasa takut dan kasih sayang.

Penyebab Keras Hati Menurut Islam

Ada beberapa hal yang menyebabkan hati seseorang menjadi keras, antara lain:

  • Terlalu Banyak Maksiat Maksiat yang terus dilakukan tanpa taubat akan menutupi cahaya hati. Semakin tebal dosa, semakin sulit cahaya hidayah masuk ke dalam hati.
  • Lalai dari Zikir dan Al-Qur’an Hati yang tidak digunakan untuk mengingat Allah akan menjadi kering dan mati. Zikir dan tilawah adalah makanan hati.
  • Cinta Dunia Berlebihan Ketika hati dipenuhi cinta dunia, maka akhirat akan terlupakan. Dunia yang berlebihan akan menjadikan hati tertutup dari kebenaran.
  • Terlalu Banyak Bicara dan Tertawa Rasulullah ﷺ bersabda:

“Janganlah kalian banyak tertawa. Sesungguhnya banyak tertawa mematikan hati.” (HR. Tirmidzi)

Tanda-Tanda Hati yang Keras

Beberapa tanda hati seseorang telah mengeras di antaranya:

  • Tidak tersentuh saat mendengar ayat Al-Qur’an
  • Sulit menangis saat berdoa atau bermuhasabah
  • Merasa biasa saja saat melakukan dosa
  • Enggan menerima nasihat kebaikan
  • Cepat marah, mudah dengki, dan sulit memaafkan

Cara Melembutkan Hati dalam Islam

Meski keras hati adalah penyakit, namun Islam juga menawarkan obatnya. Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk melembutkan hati:

  • Memperbanyak Taubat dan Istighfar Taubat membuka pintu hati agar kembali kepada Allah.
  • Membaca dan Merenungi Al-Qur’an Al-Qur’an adalah penawar hati. Bacalah dengan tadabbur dan rasa ingin mengubah diri.
  • Dekatkan Diri dengan Orang Sholeh Berteman dengan orang yang dekat dengan Allah dapat menular secara ruhiyah.
  • Bersedekah dan Menolong Sesama Amal sosial bisa membuat hati lembut dan peka terhadap penderitaan orang lain.
  • Menziarahi Kubur dan Mengingat Kematian Mengingat kematian memutus cinta dunia dan melembutkan hati yang keras.

Kesimpulan

Keras hati atau قَسْوَةُ الْقَلْبِ bukan hanya masalah emosional, tapi juga masalah spiritual yang serius.

Islam menaruh perhatian besar pada kondisi hati karena dari hatilah semua sikap dan amal bermula.

Jika hati sudah keras, maka seluruh kehidupan bisa berjalan di jalur yang salah. Namun, jangan putus asa.

Dengan kembali kepada Allah, memperbanyak ibadah, menjauhi maksiat, dan membuka diri terhadap nasihat, hati yang keras bisa menjadi lembut kembali.

Semoga Allah menjadikan hati kita selalu lembut, tunduk kepada-Nya, dan siap menerima kebenaran.

Postingan terbaru

Lihat Semua

Formulir Pertanyaan

Privasi penanya akan aman, dan tidak akan dipublikasikan

Temukan artikel yang sesuai denganmu!

Lebih dari 500 artikel yang dapat kamu temukan di Jejak Sunnah
© 2025 Jejak Sunnah. All rights reserved.