Meneruskan artikel tentang Jumlah Cabang Iman yg kemarin tentang hal iman.
Sahabat Jejak Sunnah sekarang kita akan membahas cabang iman yang pertama
Apa cabang dari iman yang pertama?
Dalam konteks ini, Asy-Syaikh Nawawi Al-Bantani (w. 1316 H) menjelaskan dalam mahakaryanya yang berjudul Qāmi‘uṭ-Ṭughyāt, pada bait yang ke-5:
آمن بربّك والملائك والكتب
والأنبياء وبيوم يفنى العالم
Bahwasanya cabang iman yang pertama adalah percaya kepada Allah.
Lantas, apa saja makna beriman kepada Allah?
Di antaranya, kita harus percaya bahwa Allah SWT adalah:
1. Dzat yang tidak tersekutukan oleh siapa pun,
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:
لَا شَرِيكَ لَهُ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
(QS Al-An‘ām: 163)
Artinya, tidak ada satu pun dzat yang membantu Allah SWT dalam mengurusi seluruh makhluk-Nya, baik dari segi merencanakan, mewujudkan, maupun dari segi lainnya.
2. Dzat yang tidak mempunyai kesamaan dengan makhluk-Nya,
Sebagaimana firman Allah:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
(QS Asy-Syūrā: 11)
Artinya, meskipun makhluk memiliki sifat bisa mendengar dan melihat, namun semuanya berbeda dengan pendengaran dan penglihatan Allah SWT.
Makhluk mendengar dengan bantuan telinga, sedangkan Allah tidak demikian. Bahkan, pendengaran Allah tidak memiliki batas.
3. Dzat yang tidak memiliki permulaan dan tidak memiliki akhir,
Sebagaimana firman Allah:
هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ
(QS Al-Ḥadīd: 3)
Demikian pula seluruh sifat-sifat lainnya yang wajib kita imani. Maka, segala sesuatu yang berkaitan dengan Allah SWT, baik itu sifat-sifat-Nya, perintah dan larangan-Nya, maupun berita-berita dari-Nya, kita wajib mempercayainya.
Oleh karena itu, Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, yang berisi ayat-ayat perintah, larangan, janji, ancaman, kabar, dan lainnya, harus kita imani sebagai kalāmullāh.